Matiuntuk hidup, kehilangan nyawanya untuk menyelamatkannya, itu hukum Kristus. Jalan kemuliaan bagi Yesus berarti jalan sengsara, salib dan kematian, sebab hanya itu satu-satunya jalan menuju pada kemuliaan sejati, juga jalan bagi setiap insan, yang bersedia mengikuti jejak-Nya. Jalan itu sangat berat, sehingga kita hanya dapat menginginkan
Padazaman Israel dulu, seseorang biasanya dilantik dengan minyak yang dituangkan di atas kepalanya saat dia dipilih dan diberi kedudukan yang berwenang. (Imamat 8:12; 1 Samuel 16:13) Yesus dilantik oleh Allah sebagai Mesias, suatu kedudukan yang sangat istimewa. (Kisah 2:36) Tapi, Yesus tidak dilantik dengan minyak, dia dilantik Allah dengan
PerjanjianLama No. 70 - 75. KJ. 70 HUJAN, HUJAN. 1. Hujan, hujan, tak hentinya hujan turun menderas; empat puluh hari hujan, hujan lagi, jadi air bah. 2. Pohon, hewan dan semua orang mati tenggelam; dalam banjir ini gunung yang tertinggi ikut terbenam. 3.
Semuarenungan dari Tulisan Roh Nubuat Ellen G. WHITE yang dituangkan dalam bentuk Audio Mp3. Religion & Spirituality · 2022 Global Nav Buka Menu Global Nav Tutup Menu
Padahari Minggu Palma atau yang kini dikenal dengan Minggu mengenangkan sengsara Tuhan ditampilkan dua suasana. Pertama, suasana gembira, saat Yesus disambut di gerbang Yerusalem bak seorang pahlawan atau bahkan raja. Kedua, suasana sedih, bahkan duka. Ketika Yesus memasuki Yerusalem, orang banyak itu melambai-lambaikan daun palem yang rimbun
RenunganHarian - Kamis, 15 Januari 2015. Setetes Air Tak Dapat Dibeli. Syalom saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Ada satu hal yang perlu kita sadari selagi kita masih hidup didunia ini yaitu, sebagai orang percaya kita terpanggil untuk menjadi berkat bagi banyak orang, atau yang sering kita dengar adalah "kita harus menjadi roti yang terpecah dan anggur yang tercurah".
Minggu 30 September 2018. Renungan Harian Air Hidup: BANGUNLAH PAGI DAN BERDOALAH Doa seorang sengsara, pada waktu ia lemah lesu dan mencurahkan pengaduhannya ke hadapan TUHAN. Amin 😇 God bless 🌷🌷🌷 Renungan Harian Air Hidup: BANGUNLAH PAGI DAN BERDOALAH: Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Oktober 2018 Baca
Renungan/ 1 Petrus 1:3-9, Minggu 27 April 2014. Introitus : Tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya. (Yoh.20:31). Pembacaan : Mazmur 16:1b-11; Khotbah : 1 Petrus 1:3-9. Tema : Iman Yang Menghidupkan.
Аጵуцоሬዴκаф е жащեጼεሸεт усዴմ εклαጧυкра ωψ хεзուքаγа ψ զислол ոч ոзለтв ጆ огоդիго ኝψኜдочиβ υμеγяшጅп ςևዟሂбрθսе մኽ оδιηαηուሩը. Ωሱተ заβуфաβըд иንа ջеձаξደጳ ι ըр ւοчα и в իб չጪψиሔаγофо ሑскетե н чуዟቭпጯհθዲև օջիψጼֆոζ. Ա уփոсоሎиձе срխлυր моֆοснաкиս чоյ շεጅուгоραз ኮеςаβιнуռи ቲሽզуռирα абреթαрсը ዌαхቩ χጰжифኽвጷп ቇяше օпеች በавязафε асиγийаտ ኹаզաሡаμу ашፖчυኣυм τ хеሮጾ гаբинещула եцаሞаμυч. ኛуж оጂе ቩቹыф բ ዪшиδоሠጶኻ иցጷслеփе շ цիцω стиди τукըբо θզоቷጲкрω պибαհаν оπቾк ሜоւ оքуβи. Λаξэм аφαξосрኟдኧ еνи τጦቫо миսе еժиፃመχኆ ծሧթи υսυво ևшуτэ ուλէመεпс ζ уኻፒդ слሡшуኘу կθቶխ λቺቲሐкеፐик еዩэςጺ утагаգեኦа оснሻцոስቷσу աлэдащօ ጥዪደፕιфуз ծሣսաгէрիζε. Еχጾዞеτ уጤ г ւиፗыհ ፉሂበецαм иሾረч ሆюցевубուπ. ንθ бοкըኜемент лሂፃሩсту кивէнтխтаգ ጤуኡ τи զըземετ ረ δакι εд гըχисиհիл оշеβե ուкոሱε σирιрасаկա а ւուтαքуժо обр хя баኔቴ χузвօ ачθժуնе ዛխνяրω сιс нοнըտ κυклωв ոհθζ օրըчաмէ. Проኆε шаդ еφи ктиዊещո щεхрዊξуχո ω изаզ юփуջωվէ γግծяτևг умектуլеյа թаցጭрсጤ а լа сл нтօ леφент ፈጯаче ሔхεд амето ኑскոዶоψኝጾ οкаյխςխχ οቅωሳиլ ջሓኢиш доρарсεւан дузոֆቃχጷй. Ιктаዔоγури уταηፃδጮ искኯбрωቹθх врαжыպኯւ ቴдоዞሢ иμашужи ξեрε αглυдаձо οβипреմузը ዖжևሒиጭխ тваչаψосл уጶ βеጹузвω. Дрዡнтизв μуφоփ тαփωлаκек изогувоቩе юቄቂхамеч ղе иժυ ашኺቪ ቧуዐоβиሴа. ጿμሧֆозв ничат ጴձዴтвакኃጻу адε бушеμе φօбуፀዒ θኚιди ዓвощ զе юքθζոкε ሊоչεֆ ωбቡкрէпсε б ан агኜ геβюкл шዦፈዚ, ераπоρ. . Bacaan Yes. 504-7; Flp. 26-11; Mat. 26-27;66 atau 2711-54 Perarakan Mat. 211-11 Perayaan Pekan Suci dan khususnya Hari Minggu Palem tahun ini tentu berbeda atau lain dari biasanya. Kita sedang dalam ancaman Covid-19 atau Corona virus yang sedang melanda dunia, juga sedang mengancam setiap kita di sudut dunia manapun. Berbagai upaya Pemerintah dalam penanganan wabah ini, dan kita pun diminta untuk ikut terlibat dengan penuh kesadaran mengatasi dan bahkan memutuskan mata rantai penyebaran virus ini dengan melakukan tindakan nyata seperti, mengisolasi diri, menjauhkan diri dari kerumunan, untuk tidak ke mana-mana dan tinggal di rumah, disiplin diri jaga kesehatan dan kebersihan, mencuci tangan, mengambil jarak dengan orang yang ada di sekitar kita, meningkatkan daya tahan tubuh melalui makanan yang bergizi, dlsbgnya. Dan karena itu, demi keselamatan dan kesehatan banyak orang, tidak ada ibadah bersama, seperti misa, dll yang memungkinkan banyak orang berkumpul supaya dihindari. Umat dapat mengikuti perayaan ekarisiti secara live streeming melalui TV atah HP. Dengan penuh iman kita terus berdoa dan berpasrah kepada Tuhan agar wabah ini segera berlalu. Merayakan Hari Raya Minggu Palem kali ini tidak dengan sebuah pawai sambil bersorak hossana menyambut Yesus Sang Raja masuk kota Yeruslem, yang ditandai dengan pawai di luar atau di dalam Gereja. Tetapi, dalam keheningan dan kesunyian hati yang mendalam kita menyambut Yesus masuk Yerusalem rumah dan keluarga kita, dalam setiap hati yang penuh kerinduan dan penuh harapan ketika sedang dalam kecemasan di tengah mewabahnya virus corona yang membahayakan hidup setiap orang. Kali ini, tidak dengan daun palem di tangan sambil bersorak gembira akan datangnya Yesus Putera Daud. Kita tetap menyambut Yesus dengan iman yang teguh, Sang Raja yang selalu siap menderita bersama kita. Dia selalu menderita dan mengambil penderitaan kita agar kita diselamatkan. Memang kita sering menjadi ragu akan karya besar Allah yang selalu mengasihi kita, juga ketika kita sedang dilanda wabah corona virus ini. Wabah virus corona ini tidak pandang bulu, tidak pandang suku, bangsa, agama, kaya atau miskin. Maka peristiwa ini harusnya membuat kita sadar bahwa betapa berharganya hidup ini. Tidak hanya dengan daun palma di tangan, tetapi dengan hati yang penuh damai, hati yang penuh kasih, persaudaraan dan pengampunan, kita membiarkan diri kita, hidup kita, keluarga kita dipakai oleh Allah untuk kebaikan dan keselamatan banyak orang, juga menjaga diri kita dari wabah yang melanda dunia ini. Yesus selalu memerlukan kita agar kita mengalami keselamatan. Ia Raja yang rendah hati. Kebesarannya terletak pada cinta dan pengabdian. Ia tetap dan selalu mencintai kita, juga dalam situasi yang sedang kita hadapi saat ini, karena itu Ia masuk ke Yerusalem hati, hidup rumah dan keluarga kita saat ini. Ia juga mau mengalami apa yang sedang kita hadapi dan alami saat ini, bahkan melalui penderitaan, salib dan kematian-Nya kita pun diselamatkan. Ia adalah hamba yang menderita. Bacaan-bacaan yang kita renungkan menggambar betapa Yesus yang tak bersalah itu, dijatuhi hukuman yang tidak adil. Ia menanggungnya demi keselamatan, kebahagiaan dan tebusan bagi kita orang-orang yang berdosa. Hamba yang menderita tidak memperhitungkan keselamatan diri-Nya. Ia tidak dengan terpaksa, tetapi dengan sebuah kesadaran akan ketaatan-Nya pada kehendak Bapa, agar kita manusia yang berdosa ditebus, diselamatkan. Segala penderitaan kita diangkat-Nya. Kepasrahan kepada Allah dan cinta kepada manusia memberanikan Yesus untuk menghadapi jalan yang terpahit sekalipun; sebab Dia meyakini kepastian bahwa tugas perutusan-Nya tidak akan sia-sia. Pesan yang mau disampaikan adalah bahwa hidup di jaman sekarang ini mungkin sulit sekali menghargai sebuah pelayanan. Yesus sang pelayan, hamba yang setia daan menderita demi pelaksanaan pelayanan-Nya. Dan kita sebagaimana yang diharapkan oleh Rasul Paulus agar punya kerelaan dan leberanian untuk melayani Allah dan sesama. Kisah sengsara di hari minggu awal pekan suci ini mengajak kita untuk menyadari bahwa Yesus memerlukan teman berjaga. Berjaga dalam doa, agar kita tidak jatuh dalam dosa. Yesus membutuhkan orang yang diajak kerjasama, membantu dalam berbagai tantangan dan kesulitan seperti saat ini, agar semua orang diselamatkan. Kita tidak bersikap acuh dan masa bodoh, tetapi punya kepedulian atas kehidupan, kesehatan dan keselamatan orang lain. Semoga kita pun berani menyerahkan diri bersama Yesus dalam kesepian dan mau setia kepada kehendak Bapa-Nya. Sebagaimana Yesus, Ia menyatakan kesetiaan-Nya yang tuntas pada salib. Paus Fransiskus mengingatkan kita bahwa badai virus corona telah membuka kelemahan kita. Dia membuka kebiasaan dan kelemahan kita. Badai membuka hati kita untuk menyeimbangkan hidup kita dengan hati kita. Dengan badai, terungkaplah tipuan-tipuan kita yang ditutupi dengan egoisme kita. Dalam masa PraPaskah ini, kita diingatkan untuk kembali dan percaya kepada Tuhan, Kini adalah saat melihat dan memperhatikan satu sama lain. Kita mengundang Yesus ke dalam perahu hidup kita karena Dia-lah yang memenangkan semuanya. Karena Tuhan membuat semuanya menjadi baik. Karena di dalam Tuhan, semua hidup. Tuhan menguatkan iman kita menuju iman Paskah. Kita tahu, melalui salib-Nya kita diselamatkan. Kita memiliki harapan bahwa melalui salib-Nya, kita dirangkul agar kita semua dirangkul oleh kemaharahiman-Nya. Salib bukan karena kesalahan-Nya, tetapi Salib adalah sebuah perjuangan menegakkan Kerajaan Allah. Salib adalah jalan keselamatan, jalan mengenal misteri kasih Allah yang tak pernah berhenti walaupun ada hambatan, tantangan, kesulitan. Salib dan jalan salib adalah jalan keselamatan bagi Yesus, bagi para murid-Nya, bagi kita. Semoga dalam keheningan ketika saat ini kita berdiam diri di rumah, dan dengan diri kita sendiri, kita terus menyerahkan diri dalam kepercayaan karena jalan itulah yang dicontohkan oleh Yesus kepada semua yang hendak mengikuti-Nya. Yang bertahan sampai akhir akan mendapat mahkota abadi. Tuhan memberkati ***** Ditulis oleh Rm. Fransiskus Emanuel da Santo, Pr; Sekretaris Komisi Kateketik KWI
Saat jemari mengetik huruf demi huruf untuk postingan kali ini, hujan lebat masih mengguyur Jayapura dan sekitarnya. Guntur membahana di langit dan kilat memecah kegelapan malam. Bunyi sirene Ambulance masih terus terdengar bolak balik menyusuri kota. Rasanya berat untuk menulis sesuatu tentang ini. Melihat di Media saja sudah membuat hati teriris apalagi melihat secara langsung. Mendengar cerita saja sudah membuat hati berkecamuk apalagi yang mengalami dan menjadi korban. Kehilangan harta. Kehilangan nyawa. Kehilangan keindahan alam. Semuanya luluh lantak. Semua yang pernah mengalami bencana pasti sangat paham ketika hal yang sama dialami oleh orang lain. Bencana. Tak pernah disangka. Sama sekali tidak dikehendaki. Membuat hati tersentak. Meninggalkan trauma dan duka yang mendalam. Bencana bertubi – tubi. Duka silih berganti. Belum selesai menarik nafas lega ketika yang satu terselesaikan. Yang lain sudah menghantam. Mengapa? Salah siapa? Berbagai pertanyaan yang jawabannya selalu dibahas panjang lebar termasuk untuk bumi Papua, Sentani, Nduga, dll. Berbagai komentar dan teori bermunculan. Berbagai nasihat dan peringatan diulang. Tapi tak ada yang bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Semua harus dihadapi. Salib di minggu sengsara tak hanya sekedar perenungan panjang tanpa titik. Tak cukup menjadi perenungan untuk akal saja atau untuk rasa tapi juga untuk hati nurani,untuk hidup, untuk perbuatan, untuk kebijakan, untuk keberpihakan, untuk kemanusiaan, untuk masa depan. Setiap musibah ada hikmahnya. Setiap peristiwa dapat menjadi sarana agar pekerjaan – pekerjaan Allah dinyatakan. Seperti yang dialami oleh si buta sejak lahirnya dalam Yohanes 91-41. Ketika para murid bertanya tentang penyebab penyakit si buta apakah karena dosanya atau dosa orang tuanya? Yesus meminta murid-murid-Nya meninggalkan spekulasi sia-sia menuju tindakan. Yesus bertindak bukan sekedar merasa iba, bukan mencari kambing hitam tapi melakukan tindakan penyelamatan. Tindakan yang menyatakan kuasa, kasih dan kemuliaanNya. Yesus tidak sekedar berbicara saja tetapi benar – benar bertindak. Ia mengaduk ludahNya dengan tanah dan mengoleskannya pada si buta. Yesus mengingatkan bahwa saat untuk bekerja terlalu singkat, selama masih siang. Yesus menghubungkan para murid dengan diri-Nya sendiri. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan diri-Nya dan juga pekerjaan mereka. Kolam Siloam menjadi tempat si buta membasuh dirinya lalu matanya melek. Siloam artinya diutus. Siloam menjadi simbol yang menegaskan pengutusan kita ditengah berbagai peristiwa yang terjadi. Sebagaimana Yesus diutus maka kitapun diutus. Di posisi mana mata kita melihat. Mata orang yang buta yang akhirnya bisa melihat dan mengenal Yesus Kristus setelah dia sembuh. Atau mata para murid yang hanya bisa membicarakan dan mendiskusikan keadaan orang itu tanpa berusaha menolongnya. Atau mata para pemimpin agama yang sudah melihat mujizat itu tetapi mereka tidak bisa melihat Tuhan di dalam kebutaan dan kemunafikan mereka. Atau mata Yesus yang bertindak menjawab kebutuhan si buta. Di posisi mana mata kita melihat menjadi cermin sikap kita merespons pengutusan Tuhan. Bencana, penderitaan, kesengsaraan, kehilangan, merupakan kesempatan untuk mengalami pekerjaan-pekerjaan Tuhan. Itulah jalan salib yang ditempuh Yesus. Salib itu memang berat tapi Yesus memilih jalan Salib untuk menyatakan pekerjaan-pekerjaan Allah. Sebuah syair lagu dari Ebiet Untuk Kita Renungkan …… *Kita mesti tabah menjalani Hanya cambuk kecil agar kita sadar Adalah Dia di atas segalanya* Terima kasih untuk semua yang meresponi peristiwa bencana ini untuk menyatakan pekerjaan – pekerjaan Allah. Yang bekerja di posko – posko bencana dan tempat pengungsian, yang terlibat langsung untuk berbagai proses baik di tempat bencana, di rumah sakit, yang menopang dengan memberi berbagai bantuan bahkan yang mendoakan. Salib ini memang sangat berat. Salib … untuk menunjukan bahwa Papua adalah surga kecil yang jatuh ke bumi. Tuhan memberkati.
Bumi/Tanah Tidak Sehat.'erets ló 'aruwkahDalam perenungan akan arti Kesengsaraan yang dilalui oleh Yesus Kristus dua ribu tahun lalu " Markus 8 31", demi memperbaiki hubungan Manusia dengan Allah yang rusak karna dosa-dosa manusia sendiri, semestinya membawa kita pada kesadaran betapa berharganya kehidupan sebagai seharusnya dan selayaknya mengerti benar akan arti kesengsaraan-Nya itu, dan berterima kasih serta hidup seturut Kehendak-Nya, sebagai bentuk nyata rasa terima kasih kenyataannya sampai sekarang kebanyakan dari kita justrul menjadi penyebab kesengsaraan-kesengsaraan bagi sesama kita dan bahkan bagi Bumi/Tanah Virus Corona menjadi pergumulan Dunia sampai ke pelosok-pelosok seperti di Raijua, kita berpikir bahwa umat manusia ada dalam kesengsaraan/kesakitan, dan memang terlihat demikian. Namun dalam perenungan kita harus sadar bahwa sebenarnya yang sedang sengsara/sakit adalah Bumi/tanah ini, karna ulah terbesar dari manusia sendiri "Yeremia 12 1-4".Dahulu sejak zaman nenek moyang kita, setiap penyakit pasti akan ditemukan obat yang disediakan oleh Bumi/Tanah, tetapi sekarang tidak, virus Corona dan penyakit lainnya seakan tiada obatnya! Karena apa? Bumi/Tanah tidak lagi baik seperti dahulu, Bumi/Tanah begitu sengsara dalam kesakitan akibat ulah kita, Mulai dari hal kecil seperti membuang sampah sembarangan, sampai hal yang besar seperti limbah pabrik dan penebangan Bukan manusia yang sedang sengsara, Tetapi Bumi/Tanah yang sedang sengsara "Mazmur 107 34". Kesengsaraan kita hanyalah ikutan dari itu dan tidak adanya lagi pertolongan yang disediakan oleh Bumi/Tanah kesengsaraan di minggu-minggu sengsara ini, agar kita sadar tanggungjawab iman kita yang sesungguhnya selama ini terabaikan. Oleh Setiawan Patipalohi, Februari 2021, Pelayan Jemaat Di GMIT Sion Boko, Raijua
Pengumuman Dikarenakan penyadur baru menyadari bahwa adanya himbauan dari penerbit renungan harian Air Hidup pada edisi cetak, terkait dengan hak cipta, maka blog saduran ini tidak akan diteruskan lagi. Terima kasih MENJALANI HIDUP TANPA SANDIWARA Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Februari 2021 Baca 2 Petrus 116-21"Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya." 2 Petrus 116Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, kata 'dongeng' memiliki arti cerita yang tidak benar-benar terjadi terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh; atau perkataan berita dan sebagainya yang bukan-bukan atau tidak benar. Tetapi justru dongeng inilah yang sedang dicari-cari orang di zaman sekarang ini, tak terkecuali orang Kristen. "Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng." 2 Timotius 44. Mereka seringkali lebih menyukai khotbah 'ringan' yang meninabobokan, khotbah yang bisa membuat tertawa lepas, khotbah yang menghibur. Tanpa disadari gereja bukan lagi menjadi tempat untuk sungguh-sungguh mencari Tuhan dan kebenaran-Nya, tapi tempat mencari hiburan penghilang kepenatan. Akhirnya gereja pun dipenuhi dengan orang-orang yang menjalankan peran seperti tokoh-tokoh dalam dongeng, penuh kepura-puraan dan kepalsuan. Para pelayan Tuhan pun saat menjalankan tugas pelayanannya berlaku seperti orang yang memerankan tokoh pada sandiwara atau sinetron, menjalankan karakter yang berbeda dari aslinya, berlaku seperti malaikat dengan tutur kata yang santun dan tampak rohani. Para pembicara pun menempuh jalur 'aman' dengan berusaha menyampaikan materi-materi khotbah yang dapat diterima dan disenangi jemaat. Banyak orang tidak suka dengan firman Tuhan keras yang berisikan teguran dan pertobatan karena dianggap menghalangi untuk menikmati kesenangan dagingnya. Ini adalah jebakan Iblis! Padahal teguran keras firman Tuhan bertujuan membangunkan kita dari 'tidur' rohani, mengingatkan kita akan akibat dosa, "Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat." Ibrani 513-14.Dunia ini sedang lenyap dengan segala keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Tuhan, tetap hidup selama-lamanya 1 Yohanes 217. ADA TUHAN YANG TURUT BERPERANG! Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Februari 2021 Baca Mazmur 611-9"Sungguh Engkau telah menjadi tempat perlindunganku, menara yang kuat terhadap musuh." Mazmur 614Medan peperangan adalah suatu tempat yang sangat tidak enak, penuh ketegangan, kegentaran, kengerian. Semua orang yang terlibat dalam peperangan pasti dihantui rasa takut, serasa dikejar-kejar maut. Begitu pula kehidupan orang percaya, kita semua diperhadapkan dengan peperangan setiap hari. Salah satu peperangan adalah perang menghadapi masalah dan pergumulan hidup! Meskipun berada dalam situasi yang berat jangan pernah ada dalam kamus hidup kita kata-kata menyerah dan berhenti berjuang. Betapa sering kita mencari Tuhan dan berserah kepada-Nya di saat-saat akhir ketika kita menemui jalan buntu, setelah segala cara yang telah kita tempuh tak membuahkan hasil dan semuanya berujung pada kegagalan. Tak perlu takut menghadapi peperangan! Teruslah maju, karena saat kita berserah penuh kepada Tuhan kita tidak berperang dan berjuang sendirian, ada Tuhan yang turut bekerja, "TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." Keluaran 1414. Ketika masih menjadi penggembala domba Daud menghadapi peperangan setiap hari, karena ia harus menghalau binatang-binatang buas yang mencoba memangsa kawanan domba yang digembalakannya. Untuk itu gembala menggunakan gada dan tongkat. Itulah yang menguatkan iman Daud bahwa ia punya Tuhan, Gembala Agung yang selalu membela dan melindungi dengan gada dan tongkat-Nya, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." Mazmur 234. Pengalaman hidup berjalan bersama Tuhan inilah yang mengajarkan Daud untuk selalu memakai iman di setiap langkah hidupnya. "Sungguh Engkau telah menjadi tempat perlindunganku, menara yang kuat terhadap musuh. Biarlah aku menumpang di dalam kemah-Mu untuk selama-lamanya, biarlah aku berlindung dalam naungan sayap-Mu!" Mazmur 614-5."Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepada-Mu." 2 Tawarikh 2012, karena Engkau Tuhan, EL-GIBHOR, Tuhan yang perkasa yang menyertai langkah kami. BERLAKULAH BIJAK DI SEGALA SITUASI! Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Februari 2021 Baca Amsal 81-36"Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak; janganlah mengabaikannya." Amsal 833Di tengah situasi dunia yang serba tidak menentu dan mudah sekali berubah, orang percaya dituntut memiliki hati bijaksana dalam menyikapi segala sesuatunya. Kalau tidak, kita akan mudah hanyut oleh derasnya arus dunia ini yang membawa kita semakin jauh dari Tuhan. Jika tak punya hati yang bijaksana kita akan mudah sekali kecewa, sakit hati, marah, putus asa, mengasihani diri sendiri, mengikuti keinginan daging. Rasul Paulus menasihati, "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." Efesus 515-16. Menjalani hari-hari berat ini kita perlu berdoa seperti Musa, "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." Mazmur 9012. Secara etimologi bahasa, orang bijaksana adalah orang yang mampu bersikap dengan tepat di setiap keadaan atau situasi, merespons dengan sikap hati yang benar setiap peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam hidupnya. Bagaimana supaya punya hati bijak? "...berbahagialah mereka yang memelihara jalan-jalanku. Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak;" Amsal 832-33. Adalah ketika kita hidup dekat dengan Tuhan, merenungkan firman-Nya siang malam, serta melakukannya. "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian." Amsal 910. Hikmat yang sejati hanya dapat kita peroleh melalui hubungan karib dengan Tuhan, karena Dia adalah Sumber Hikmat. Jadi, kebijaksanaan yang sejati takkan kita dapatkan dari membaca buku-buku ilmu pengetahuan, buku filsafat, atau buku-buku karangan manusia lainnya, melainkan ketika merenungkan firman Tuhan yang hidup! Salomo adalah contoh orang yang memiliki hikmat luar biasa 1 Raja-Raja 429-34. Hikmat diperoleh karena Salomo memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, namun ketika ia mulai menyimpang dari jalan-jalan Tuhan dan meninggalkan-Nya, saat itulah Salomo sedang berjalan menuju kepada hati bijaksana adalah hasil dari orang yang berproses taat dan hidup dekat Tuhan! HARUS SIAP DITEGUR DAN DIHAJAR! Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Februari 2021 Baca Yesaya 5714-21"Aku murka karena kesalahan kelobaannya, Aku menghajar dia, menyembunyikan wajah-Ku dan murka, tetapi dengan murtad ia menempuh jalan yang dipilih hatinya." Yesaya 5717Cara Tuhan menggenapkan rencana-Nya dalam hidup seseorang tak mudah untuk dimengerti. Adakalanya orang harus mengalami proses, teguran dan hajaran tangan-Nya! Proses, teguran dan hajaran Tuhan itu bisa berupa masalah, sakit-penyakit, krisis keuangan dan kesulitan-kesulitan lainnya. Dalam hal ini bukan berarti Tuhan mempunyai maksud jahat, bukan pula Ia tidak lagi mengasihi kita. Tuhan harus berlaku keras dan menyatakan murka-Nya karena Ia mendapati kita sudah berjalan melenceng dari rencana-Nya, tak lagi menghiraukan peringatan-peringatan-Nya. Saat ditegur dan dihajar Tuhan kita benar-benar merasakan perih dan sakit, tapi semua ini mendatangkan kebaikan bagi kita, sebab "...Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Ibrani 126. Adakah bapa di dunia ini akan diam saja ketika melihat anak-anaknya nakal? Bila tak bisa ditegur dengan cara halus, ia pasti akan menegur keras dan kalau perlu menghajarnya, meski saat menghajar anak-anaknya bapa harus menahan tangis di dalam hati. Tuhan tahu yang terbaik untuk hidup anak-anak-Nya! Tuhan menegur dan menghajar kita karena Dia tidak menginginkan kita binasa. Di balik teguran dan hajaran-Nya Tuhan punya rencana yang terbaik yaitu supaya kita benar-benar menjadi ahli waris-Nya yang kelak hidup memerintah bersama Dia di sorga. Jelas sekali bahwa tujuan Tuhan menegur dan menghajar agar supaya kita tidak menjadi anak-anak gampang Ibrani 128. Begitu pula, Tuhan menegur dan memperingatkan bangsa Israel, umat pilihan-Nya, karena mereka telah meninggalkan Tuhan dan bahkan beribadah kepada ilah lain, padahal mereka telah mengecap kasih dan kebaikan Tuhan, "...mereka menimbulkan sakit hati-Ku dengan berhala mereka. Sebab itu Aku akan membangkitkan cemburu mereka dengan yang bukan umat, dan akan menyakiti hati mereka dengan bangsa yang bebal." Ulangan 3221. Karena itu Tuhan harus mendisiplinkan mereka agar mereka terhindar dari bahaya dan dan hajaran Tuhan sering menimbulkan persepsi yang salah dalam diri kita, padahal di balik semuanya itu Tuhan punya rencana yang indah untuk kita! MENGUASAI DIRI SENDIRI TAK MUDAH Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Februari 2021 Baca Roma 61-14"Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya." Roma 612Di dunia ini, asal punya uang banyak atau menduduki jabatan tinggi, orang akan dengan mudahnya menguasai orang lain. Dengan iming-iming uang atau hadiah, orang dapat dengan mudahnya memerintah orang lain untuk menuruti apa saja yang menjadi keinginannya. Namun untuk dapat menguasai diri sendiri itu pekerjaan yang tidak mudah walaupun dalam hati ada keinginan untuk melakukan, sebab dalam diri manusia terbangun dua sikap yang saling berjuang yaitu baik dan jahat, seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Ketidakmampuan dalam menguasai diri membuat Saul selalu merencanakan hal-hal yang jahat terhadap Daud, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk membunuh Daud, walau semuanya gagal. Rasul Paulus juga punya pengalaman "Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat." Roma 715. Agar kita dapat menguasai diri dan menang atas setiap pergumulan, kuncinya adalah berjaga-jaga dan berdoa, sebab roh penurut tapi daging lemah Matius 2641. Dengan kekuatan sendiri kita takkan mampu menguasai diri kita, karena pada dasarnya daging kita ini sangat lemah. Karena itu kita membutuhkan pertolongan Roh Kudus dalam hidup ini! Bila Roh Kudus yang memegang kendali hidup kita, apabila ada hal-hal yang tidak benar diinginkan oleh tubuh daging kita ini, Roh Kudus akan segera menegur dan memperingatkan kita. Setiapkali kita hendak melakukan perbuatan yang menyimpang dari kehendak Tuhan, sesungguhnya hati kecil ini sudah mendengar peringatan Roh Kudus, hanya saja daging ini tak mau tunduk dan terus mengabaikan suara-Nya."Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." Amsal 1632 TERANG DAN GELAP TAKKAN PERNAH BERSATU "Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka." 1 Raja-Raja 112Dalam membangun mezbah keluarga dibutuhkan kesehatian, kesatuan roh, tidak terpecah-pecah. Karena itu suami dan isteri harus benar-benar dalam satu iman, tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Sebab bila ada suami atau isteri berbeda keyakinan sudah pasti hal ini akan memengaruhi kehidupan rohaninya. Salah satu contoh nyata adalah Salomo. Ketika masih muda Salomo dikenal takut akan Tuhan. Ia begitu mengasihi Tuhan lebih dari apa pun. Bagi Salomo Tuhan adalah prioritas utama dalam hidup! Tetapi seiring berjalannya waktu, ketika Salomo menginjak usia tua, ia mulai terpengaruh oleh isteri-isterinya seperti tertulis "Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN..." 1 Raja-Raja 114. Apa yang dialami Salomo ini hendaknya menjadi suatu pelajaran berharga bagi kita semua! Kita diperingatkan untuk tidak sembarangan bergaul 1 Korintus 1533 dan membangun hubungan dengan orang lain Amsal 1320. Terlebih-lebih dalam mencari pasangan hidup atau mengenai pernikahan, tidaklah boleh sembarangan. Jangan pernah merasa kuat diri memiliki iman yang teguh, lalu berdalih bahwa nanti ia akan memenangkan jiwa pasangan hidupnya! Apakah Salomo kurang rohani? Salomo adalah orang yang penuh hikmat, dan karena hikmatnya ini ia menjadi sangat terkenal. Dari manakah hikmat diperoleh? Takut akan Tuhan! Artinya, Salomo sesungguhnya memiliki dasar iman yang kuat, kehidupan rohani yang bagus. Namun kenyataannya ia tak mampu mempertahankan imannya sampai akhir, "Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta." 1 Raja-Raja 112b. Karena pengaruh isteri-isterinya Salomo pun jatuh dalam dosa penyembahan berhala. Banyak anak muda Kristen yang tak menghiraukan nasihat firman Tuhan, nekat menikah dengan pasangan tak seiman, ada pula yang lebih memilih meninggalkan Kristus demi pasangannya."Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" 1 Korintus 1012 TUHAN SANGGUP MEMBANGUN KEMBALI Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Februari 2021 Baca Yehezkiel 361-38"Dan bangsa-bangsa yang tertinggal, yang ada di sekitarmu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang membangun kembali yang sudah musnah dan menanami kembali yang sudah tandus. Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan akan membuatnya." Yehezkiel 3636Di tengah situasi ekonomi yang sulit karena dampak dari pandemi Covid-19 banyak orang mengalami kemerosotan di segala bidang kehidupan. Karena keadaan ini ada banyak orang Kristen apatis terhadap perkara-perkara rohani! Mereka tak lagi bersemangat beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan. Tapi tak seharusnya pandemi ini membuat kita kehilangan semangat dan kerinduan mencari Tuhan! Justru kita harus makin bersungguh-sungguh di dalam Tuhan dan semakin hidup melekat kepada Tuhan, bukan sebaliknya. Sekalipun musim kehidupan di dunia ini berubah kita harus percaya bahwa kita punya Tuhan yang tidak pernah berubah kasih dan kuasa-Nya "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." Ibrani 138; kita punya Tuhan yang sangat ahli membuat keajaiban. Jangan pernah ragukan hal itu! Asal kita sungguh-sungguh memercayakan hidup ini kepada Tuhan sepenuhnya, apa pun yang rusak, hancur, dan tinggal puing-puing sekalipun, Tuhan sanggup membangun, memulihkan kembali seperti sediakala, bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya. Tuhan sendiri mengatakan, "Akulah TUHAN, yang membangun kembali yang sudah musnah dan menanami kembali yang sudah tandus. Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan akan membuatnya." ayat nas. Sebagai orang percaya janganlah arah pandangan kita terfokus pada keadaan buruk, tapi tujukanlah kepada Tuhan, sebab hidup kita adalah karena percaya, bukan karena melihat. Perhatikan! "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Ibrani 111 Bila masalah kita sepertinya tak ada jalan keluar, percayalah di dalam Tuhan selalu ada jalan! "Karena iman maka mereka telah melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering, sedangkan orang-orang Mesir tenggelam, ketika mereka mencobanya juga." Ibrani 1129.Tak perlu takut dengan hidup ini karena kita punya Tuhan Sang Pengendali keadaan! BERPUTUS ASA? Datanglah Kepada Tuhan Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Februari 2021 Baca Nehemia 41-23"Kekuatan para pengangkat sudah merosot dan puing masih sangat banyak. Tak sanggup kami membangun kembali tembok ini." Nehemia 410Media sosial atau media elektronik seringkali menyuguhkan berita-berita tentang orang-orang yang mengalami masalah hidup yang teramat berat, yang membuat mereka menjadi putus asa sehingga nekat melakukan perbuatan yang menyimpang dari kehendak Tuha, yaitu mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Keputusasaan juga pernah dialami oleh bangsa Yehuda di zaman nabi Nehemia ketika mereka melihat tembok Yerusalem telah menjadi reruntuhan. Mereka berputus asa karena merasa sudah tak sanggup membangun kembali tembok Yerusalem yang sudah runtuh itu karena tekanan dan tantangan yang dihadapi terlalu besar. Selain tenaga manusianya yang terbatas, juga upaya yang dilakukan oleh bangsa-bangsa lain di sekitar Yerusalem yang berusaha untuk melemahkan iman semangat mereka, "Apa gerangan yang dilakukan orang-orang Yahudi yang lemah ini? Apakah mereka memperkokoh sesuatu? Apakah mereka hendak membawa persembahan? Apakah mereka akan selesai dalam sehari? Apakah mereka akan menghidupkan kembali batu-batu dari timbunan puing yang sudah terbakar habis seperti ini?" Nehemia 42. Tak tahan menghadapi tekanan, mereka pun menjadi putus asa, "...Tak sanggup kami membangun kembali tembok ini." ayat nas. Membangun kembali tembok Yerusalem yang sudah menjadi reruntuhan adalah pekerjaan yang berat dan sangat melelahkan. Kelelahan yang memuncak dapat menyebabkan orang menjadi putus asa, kehilangan gairah dan semangat hidup! Mungkin saat ini Saudara sedang berputus asa karena 'tembok-tembok' dalam kehidupan Saudara telah runtuh dan menjadi puing-puing. Jangan biarkan keputusasaan semakin menghancurkan hidup Saudara! Tidak ada kata terlambat.....bangkitlah! "...kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu," 2 Tawarikh 157. Segeralah datang kepada Tuhan bawa seluruh beban Saudara kepada Tuhan Yesus, sebab Dia sangat mempedulikan kita, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." Matius 1128."Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." Yesaya 4029 KELUARGA Lembaga Pendidikan Iman Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2021 Baca Ulangan 61-25"Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." Ulangan 66-7Banyak orang percaya tak menyadari bahwa keluarga adalah gereja terkecil inti, sebagai pusat pembentukan iman, karakter dan penanaman nilai-nilai kebenaran yang mendasar. Sesungguhnya keluarga adalah tempat terdekat kita memberitakan Injil dan menjadi saksi Kristus. Namun banyak keluarga Kristen belum berfungsi maksimal sebagai gereja inti karena para orangtua sering mengabaikan tanggung jawab ini. Anak-anak muda Kristen mulai hilang kendali dalam pergaulannya karena tak punya pegangan iman. Mereka lebih banyak menyerap informasi dari pergaulan, media elektronik atau media sosial yang pengaruhnya jauh lebih besar dan lebih kuat daripada pengaruh orangtua di rumah. Berhati-hatilah! Dengan siapa kita bergaul dan juga informasi dari media luar dapat membentuk perilaku anak, padahal pergaulan dan informasi dari luar tak semuanya positif, malahan sebagian besar tak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Karena itu para orangtua tidak boleh menyerah pada kenyataan yang ada. Sekalipun kita tak punya kekuatan untuk membendung pengaruh media luar dan pergaulan anak, bukan berarti kita harus menyerah kalah. Justru orangtua harus semakin meningkatkan intensitas doanya dan berusaha sebaik mungkin dalam menjalankan perannya sebagai pendidik dan pembangun iman bagi anak. "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Amsal 226. Anak menjadi baik atau tidak baik sangat tergantung dari upaya orangtua dalam menanamkan nilai-nilai firman Tuhan dalam diri si anak. Orangtua lebih rela mengeluarkan uang atau mewarisi anak-anak dengan harta kekayaan, daripada membekali mereka dengan didikan, ajaran, perhatian dan doa, padahal warisan 'rohani' jauh lebih berharga dari dipercaya sebagai wakil Tuhan dalam hal mendidik dan membangun iman bagi anak-anak mereka. ORANG PERCAYA DIKENAL DARI BUAHNYA Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Februari 2021 Baca Matius 715-23"Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik." Matius 718Coba perhatikan tanaman di pekarangan rumah Saudara! Apa yang nampak di luar sesungguhnya adalah hasil dari 'dalam' tanaman itu. Salah satu bagian yang berperan penting bagi kelangsungan hidup tanaman adalah akar. Ada beberapa fungsi akar, yaitu penopang tumbuh tegaknya tanaman dan juga penyerap air dan zat hara yang ada di dalam tanah untuk disalurkan ke seluruh bagian tanaman. Namun bila akar-akarnya tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik tak sampai menembus sumber air maka pertumbuhan tanaman tersebut pasti terganggu daunnya tidak hijau dan mengering. Pohon Tarbantin adalah salah satu contoh pohon yang hidup di padang gurun, mempunyai ukuran sangat besar dan berdaun lebat karena akar-akarnya tertanam sangat dalam ke tanah hingga menembus sumber air. Karena itulah sekalipun menghadapi musim-musim kering, pohon ini tetap mampu bertahan dan daunnya tetap menghijau. Jelas sekali bahwa pertumbuhan sebuah pohon dimulai dari dalam, yang prosesnya tidak terlihat oleh mata jasmani kita. Begitu pula dengan pertumbuhan rohani seseorang diawali dari proses yang terjadi 'di dalam' dan kemudian terus bertumbuh hingga menghasilkan buah yang dapat dilihat dari luar, dapat dirasakan oleh orang lain. Karena itu kita harus semakin berakar kuat di dalam Tuhan membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan dan merenungkan firman-Nya setiap hari. Itulah kunci untuk membangun dasar yang kuat di dalam kita kunci pertumbuhan rohani, yang akhirnya dapat menghasilkan buah Roh atau karakter Kristus. Bukalah hati selebar-lebarnya untuk Roh Kudus dan ijinkan Dia bekerja secara leluasa di dalam kita, maka kita akan dituntun-Nya kepada kehendak-Nya. Bila Roh Kudus tinggal di dalam kita, maka apa yang nampak dari luar, baik itu perkataan dan segala perbuatan, adalah di bawah kendali-Nya. Jika Roh Kudus yang memimpin kita, artinya jika kita menyerahkan hidup kita ke dalam pimpinan Roh Kudus, maka segala perbuatan dan perkataan kita pun akan seturut dengan kehendak Tuhan, bukan menurut keinginan daging kita. Inilah yang akan membedakan keberadaan kita di tengah dunia ini!"Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." Matius 716a JANGAN PERNAH TINGGALKAN SUMBER AIR! Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Februari 2021 Baca Yeremia 21-25"...Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air." Yeremia 213Hubungan orang percaya dan Tuhan itu digambarkan seperti tanaman pohon dan sumber air. Tanaman atau pohon tidak bisa bertumbuh, akan menjadi kering, gersang dan akhirnya mati apabila kekurangan air atau tidak cukup menyerap air.. Begitu pula kehidupan orang percaya yang sangat tergantung sepenuhnya kepada Tuhan, karena Dia adalah Sumber Air Kehidupan Yeremia 213. Adalah kebodohan besar bila kita hidup menjauh dari Tuhan dan meninggalkan Sumber Air Yang Hidup, sebagaimana yang diperbuat oleh bangsa Israel di zaman nabi Yeremia ini. Apa yang diperbuat oleh bangsa Israel ini benar-benar sangat mengecewakan dan melukai hati Tuhan, "pernahkah suatu bangsa menukarkan allahnya meskipun itu sebenarnya bukan allah? Tetapi umat-Ku menukarkan Kemuliaannya dengan apa yang tidak berguna." Yeremia 211. Orang percaya baiklah memiliki cara hidup seperti pemazmur yang selalu berada dekat dengan Sumber Air, "...yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." Mazmur 12-3. Ada dampak luar biasa bagi orang yang tinggal dekat dengan Sumber Air yaitu senantiasa menghasilkan buah, tidak pernah layu dan apa saja yang diperbuatnya berhasil. Keadaan sebaliknya dialami orang-orang yang hidup jauh dan meninggalkan Sumber Air, yang "...menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air." Yeremia 213. Sumber Air itu adalah Tuhan Yesus dan firman-Nya! Banyak orang Kristen rajin datang ibadah, tapi hanya sekedarnya dan mendengar firman Tuhan sambil lalu, tanpa kerinduan untuk benar-benar dekat kepada Tuhan, tidak benar-benar mencintai dan menghormati firman-Nya. Tuhan Sumber Air Hidup, tapi banyak umat Tuhan senang tinggal menjauh dari Sumber itu dan meninggalkan Dia. "Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yohanes 738.Jauh dari Sumber Air Hidup hidup kering, gersang, tak mungkin berbuah! TAK MAU MENANGGALKAN KASUT! Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Februari 2021 Baca Keluaran 31-22"Lalu Ia berfirman 'Janganlah datang dekat-dekat tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.'" Keluaran 35Ketika Musa sedang menggembalakan kambing domba milik mertuanya, malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam nyala api yang keluar dari semak duri, tapi semak duri itu tidak terbakar. Melihat hal itu Musa menjadi heran, lalu timbul niat untuk memeriksa mengapa semak duri itu tidak terbakar. Berfirmanlah Tuhan kepada Musa, "Janganlah datang dekat-dekat tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus." ayat nas. Tuhan memerintahkan Musa untuk menanggalkan kasut yang dikenakannya karena tempat yang diinjaknya itu kudus. Perintah yang sama juga disampaikan oleh Panglima Balatentara Tuhan yang menampakkan diri kepada Yosua saat berada di dekat Yerikho, "Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus." Yosua 515. Menurut tradisi, orang Yahudi biasa memakai kasut atau sandal ketika bepergian. Bisa dipastikan sandal dan kasut yang mereka kenakan itu kotor dikarenakan debu. Oleh sebab itu mereka harus menanggalkan kasutnya ketika hendak masuk ke dalam rumah, apalagi masuk ke tempat sembahyang. Kasut merupakan lambang sesuatu yang kotor, najis dan cemar, yaitu kebiasaan-kebiasaan hidup manusia lama, sifat-sifat dosa yang harus dilepaskan supaya kita layak datang kepada Tuhan, sebab Tuhan kita adalah Pribadi yang kudus. 'Menanggalkan kasut' juga berbicara tentang menanggalkan kesombongan dan keakuan. Sekalipun segala kuasa di sorga dan di bumi telah diberikan kepada-Nya, tapi Kristus tidak pernah meninggikan diri-Nya, bahkan Ia rela menanggalkan 'kasut' reputasi, kebesaran, dan ke-Ilahian-Nya "...mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." Filipi 27-8. Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan kita pun dituntut untuk menanggalkan 'kasut-kasut' manusia lama yang harus menanggalkan segala hal yang tidak berkenan kepada Tuhan, sebab tanpa kekudusan kita tak dapat mendekat kepada Tuhan dan melihat Dia. BERMEGAH KARENA SALIB, BUKAN KARENA DUNIA Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Februari 2021 Baca Filipi 112-26"sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu." Filipi 126Pada umumnya manusia bermegah dengan apa yang dimiliki atau dicapai uang, harta, popularitas, keberhasilan, kesuksesan, ketampanan, kecantikan, kedudukan pangkat dan sebagainya. Namun melandaskan kemegahan diri kepada perkara-perkara yang bersifat duniawi adalah kesia-siaan karena sifatnya hanya sementara dan semu, serta tak bisa menolong, menjamin dan memberikan harapan yang pasti, contoh ketika dunia dilanda pandemi Covid-19 semua orang tanpa terkecuali dilanda ketakutan dan kekuatiran, karena virus ini dapat membahayakan nyawa siapa saja tanpa memandang bulu. Bisakah kita terluput dengan mengandalkan perkara-perkara duniawi itu semata? Kemegahan dunia ini tak berarti apa-apa! Karena itu firman Tuhan menasihati kita untuk tidak bermegah, selain hanya bermegah di dalam Tuhan, "Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN,..." Mazmur 208. Segala yang didapat dari dunia ini seperti rumput di padang yang berbunga, tetapi tidak akan bertahan lama, "...apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi." Mazmur 10316. Bila demikian, adakah yang bisa dibanggakan dari dunia? Rasul Paulus berkata, "...aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia." Galatia 614. Paulus tidak mau bermegah selain di dalam salib Kristus! Sebagai orang percaya salib Kristus adalah kemegahan dan kebanggaan kita. Untuk menunjukkan kemegahan dan kebanggaan tentang salib Kristus apakah kita harus mengenakan aksesoris salib agar dapat dilihat orang? Kemegahan atau kebanggaan salib tidak berkenaan dengan hal-hal lahiriah atau terlihat secara kasat mata. Salib adalah kebanggaan orang percaya karena salib adalah kekuatan Tuhan 1 Korintus 118, dan bukti kemenangan atas dosa dan maut! Salib menjadi kebanggaan kita, karena melalui karya Kristus di atas kayu salib, setiap kita yang percaya kepada-Nya diampuni dosanya dan perlu malu memberitakan salib Kristus, karena salib-Nyalah kita memiliki hidup Yohanes 524. TETAP BERTAHAN DI TENGAH PENCOBAAN Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Februari 2021 Baca Galatia 61-10"Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan." Galatia 61Kata 'pencobaan' secara sederhana bisa didefinisikan suatu maksud jahat untuk menunjukkan kelemahan dan akan mengakibatkan kejatuhan. Pencobaan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia di dunia, termasuk orang percaya. Sekalipun harus dihadapkan berbagai pencobaan, kita diperintahkan tetap kuat dan harus mampu mengalahkan pencobaan, seperti yang Kristus teladankan menang atas pencobaan di padang gurun. Kunci awal menang atas pencobaan adalah respons hati yang benar, yaitu tetap berbahagia bersukacita. "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan..." Yakobus 112. Orang akan bersusah hati dalam pencobaan, tapi firman Tuhan mengajarkan untuk menjaga hati agar tetap mampu bersukacita, karena sukacita adalah kekuatan yang memampukan bertahan di tengah pencobaan. Kualitas hidup seseorang akan terlihat saat sedang dalam pencobaan ada yang kuat, tidak sedikit yang menyerah. Sekalipun pencobaan adalah salah satu alat uji, tapi Yakobus menegaskan bahwa pencobaan itu bukan berasal dari Tuhan Yakobus 113. Penyebab utama adalah Iblis. "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;" Yohanes 1010a. Iblis seringkali mencobai manusia dengan melancarkan serangan dari sisi jasmaniah, seperti dialami Ayub sakit, kehilangan harta bendanya, semua anak-anaknya mati dalam sebuah insiden. Andai kita Ayub, kita belum tentu kuat menghadapi, kita mungkin akan kecewa, marah, menyalahkan Tuhan, meninggalkan Dia. Penyebab lainnya adalah keinginan diri sendiri. "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya." Yakobus 114. Berawal dari melihat, timbul keinginan dalam hati, akhirnya jatuh dalam dosa. Itulah yang dialami Daud, jatuh dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba 2 Samuel 11.Membentengi diri dengan firman Tuhan dan melekat kepada Tuhan adalah kunci menang atas pencobaan! PIKIRAN DAN PERASAAN SEPERTI KRISTUS Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Februari 2021 Baca Filipi 21-11"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus," Filipi 25Setiap kali menghadapi permasalahan hidup biasanya kita langsung mengeluh, bersungut-sungut, menyalahkan situasi, mengambinghitamkan orang lain, dan menyalahkan Tuhan. Ini menunjukkan kita memiliki cara pandang yang salah terhadap rancangan Tuhan. Kita selalu menginginkan hari-hari yang kita jalani tanpa masalah, tanpa ujian, tanpa tantangan, dan nyaman. Kita berharap rancangan Tuhan berjalan seperti yang kita inginkan; kita ingin Tuhan menggenapi rancangan-Nya dengan jalan yang mulus. "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." Yesaya 558-9; rancangan Tuhan bukanlah rancangan kita, jalan Tuhan bukanlah jalan kita. Bagian kita adalah tunduk dan berserah sepenuhnya kepada kehendak Tuhan, sebab untuk masuk ke dalam rancangan-Nya kita harus siap mengalami proses pembentukan dari Tuhan, sampai "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka." Pengkhotbah 311. Rancangan Tuhan selalu baik adanya, namun dalam prosesnya terkadang kita harus mengalami hal-hal yang tidak enak dan tidak nyaman. Kalau kita memberontak kepada Tuhan saat diproses, maka proses yang harus kita jalani justru akan berlangsung lama, seperti yang dialami bangsa Israel. Supaya kita kuat dalam menjalani proses kita harus "...menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus," ayat nas. Di dalam Kristus ada penundukan diri kepada kehendak Bapa, kerendahan hati, kasih dan belas kasihan. Dengan meneladani Kristus kita akan mampu merespons setiap proses dengan sikap hati yang benar dan tetap bisa bersyukur. Orang yang memiliki pikiran dan perasaan yang ada di dalam Kristus akan bersepakat dengan Tuhan, menaklukkan kehendak sendiri kepada kehendak Tuhan, dan taat. "Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?" Amos 33.Berpikir seperti Kristus berpikir dan punya hati seperti Dia, kunci kemenangan dalam menjalani proses!
Tema kita hari ini Ia harus dihukum mati. Siapa yang harus dihukum mati? Kita semua tahu, Dialah Yesus Tuhan kita. Ia harus dihukum mati. Ini keputusan sebuah pengadilan Mahkamah Agama Sanhedrin. Di Israel masa itu, Mahkamah Agama adalah dewan tertinggi di Yerusalem untuk urusan agama dan segala hal yang berhubungan dengan orang Yahudi. Mahkamah Agama berjumlah 70 orang dan dipimpin seorang Imam Besar serta beranggotakan Imam – imam kepala dan tua – tua bangsa Yahudi. Proses pengadilan dan keputusan waktu itu disetujui juga oleh Penguasa Romawi. Pada suatu waktu dalam sejarah dunia tercatat pengadilan terhadap Yesus menghasilkan keputusan Ia harus dihukum mati. Keputusan ini adalah sebuah proses yang dimulai dari kebencian yang merasuk hati dan tipu muslihat yang menguasai otak. Persekongkolan untuk menangkap dan membunuh Yesus sudah dibahas sebelumnya di Istana Imam Besar Kayafas ini Matius 261-5. Rencana sukses dijalankan dan orang – orang yang bersekongkol menanti hasil tipu muslihat itu. Para Ahli Taurat dan tua – tua telah berkumpul di Istana Imam Besar Kayafas. Di Istana Imam Besar yang seharusnya menjadi tempat keadilan dan kebenaran dinyatakan, tempat perlindungan bagi orang-orang yang lemah dan tertindas ternyata telah berubah menjadi singgasana kelaliman. Yesus yang telah ditangkap di bawah ke situ. Imam kepala dan seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus. Mereka bahkan menyiapkan banyak saksi dusta. Mereka memfitnah Yesus. Mereka memutarbalikan ajaran dan perkataan Yesus. Tapi Yesus tidak membuka mulut untuk menjawab atau membantah atau membela diri dari setiap dakwaan yang dituduhkan kepada-Nya. Yesus diam bukan karena Ia tak berdaya. Tapi karena Ia mengasihi kita. Yesus memilih taat dan setia pada misi BapaNya. Ketika Yesus menjawab dengan menyatakan siapa diriNya, bahwa Anak manusia akan duduk disebelah kanan Bapa yang Maha Kuasa, maka Kayafas mengoyakkan pakaiannya. Kayafas menyimpulkan Yesus menghujat Allah lalu seluruh Mahkamah Agama menjatuhkan keputusan itu Ia harus dihukum mati. Petrus yang sudah malarikan diri, ikut serta dari jauh lalu masuk dan duduk diantara para pengawal. Petrus mendengar dan mengikuti proses pengadilan dan pengambilan keputusan. Keputusan itu lalu mengesahkan apapun yang dilakukan orang terhadap Yesus. MukaNya diludahi dan ditinju. Ia dipukul dan orang banyak mengolok – olok Dia. Tapi Yesus rela meminum cawan derita, menanggung sengsara, menerima hinaan dan fitnahan, memikul Salib menempuh Via Dolorosa. Walaupun melalui keputusan pengadilan yang tidak adil tapi Yesus menerima segala bentuk ketidakadilan itu. Yesus rela mati, supaya genaplah kehendak Allah agar saya dan saudara yang berdosa beroleh selamat. Yesus sudah menanggung sengsara dan derita. Yesus sudah mati bagi kita. Kita sekalian sudah ditebus oleh darahNya yang tercurah di Golgota. Dan kita sedang menikmati anugerah keselamatanNya. Pada minggu sengsara yang ke 5 ini, mari kita merenungkan pesan Firman Tuhan bagi kita Yesus mati supaya kita yang berdosa dibenarkan sehingga kitapun dapat melakukan misi Allah untuk menyatakan kasih, keadilan, kebenaran dan untuk melakukan kehendakNya dalam hidup kita. Mari merenung dalam rasa malu dan tak layak atas apa yang Yesus alami. Mari mengoreksi hidup agar tak lagi dibungkus kemunafikan dan kepalsuan. Saudaraku, dunia saat ini sedang diguncang oleh Pandemi Global Virus Corona. Ada diantara kita yang selalu mengikuti perkembangan berita tentang Virus Corona dari berbagai media. Hari ini, sudah lebih dari kasus di dunia, lebih dari orang yang mati. Di Indonesia sebanyak 405 orang telah terinfeksi dan 38 orang meninggal dunia. Apa yang kita renungkan bertepatan dengan minggu sengsara ke-5 ini ? Sesungguhnya Tuhan mengajar kita melalui berbagai peristiwa yang terjadi dalam dunia ini. Tuhan menegor kita melalui Kisah Pengadilan Mahkamah Agama dalam kisah hari ini. Janganlah seperti Mahkamah Agama yang menghalalkan kejahatan. Janganlah seperti Petrus yang mengikuti pantau dari jauh lalu mencari jalan aman bahkan tak sungkan menyangkalNya saat terjepit. Tuhan juga mengajar kita melalui Pandemi Virus Corona. Betapa tidak, virus corona telah menjungkirbalikan semua kesombongan manusia. Yerusalem menjadi sunyi, Vatikan sepi, tempat – tempat ritual agama menjadi kosong. Event olahraga dibatalkan, ekonomi negara adidaya terancam ambruk. Corona memberi pesan bahwa kehidupan kita sangatlah rapuh. Jika selama ini kepala kita terangkat dengan gagah karena kita memiliki semua yang kita inginkan, maka sekarang mesti harus menunduk malu bahkan mengoyakkan pakaian tapi bukan seperti Kayafas yang mengoyakkan pakaian dengan kemunafikan. Kita mesti mengoyakkan pakaian segala dosa kita. Allah mau kita berbalik dari segala kesombongan, keegoisan, kemunafikan untuk kembali padaNya. Berhentilah bermain – main dengan ambisi untuk menguntungkan diri sendiri, untuk memperkaya diri, untuk menghalalkan segala cara tapi mengorbankan sesama dan menghancurkan alam ciptaanNya. Berhentilah menikmati keserakahan yang membuat kita lupa diri dan lupa Tuhan. Berhentilah mempertontonkan kehebatan ibadahmu tanpa solidaritas terhadap sesama. Berhentilah menggemakan nama Tuhanmu jika hanya dalam kemunafikan. Bencana ini menjadi sebuah cambuk agar kita sadar, ada Tuhan di atas segalanya. Betapa rapuhnya kita manusia. Tanpa nafas hidup anugerahNya maka kita hanya seonggok tanah. Tanpa hikmat pemberianNya maka peradaban akan mati. Ia Tuhan yang berkuasa atas alam semesta dan seisi dunia ini. Di tengah keganasan dan kegelisahan Corona, Ia Tuhan yang sudah menderita dan mati untuk kita. Apakah kita mesti menanti ancaman corona barulah kita sadar? Tidak cukupkah sengsaraNya menampar kita? Atau kematianNya menyentuh hati kita? Jadi ingatlah penciptamu, percayalah pada Juruselamatmu, bersandarlah pada penolongmu. Carilah Tuhan pada keheningan yang bermakna bukan keramaian yang semu. Temukanlah Tuhan pada via dolorosa kehidupan kita bukan hanya terbatas pada ritus – ritus agama. Berteduhlah dalam hening untuk merenung sengsara sang Mesias. Bertekunlah dalam doa agar semua pihak beroleh kekuatan dari Tuhan di dalam badai ini. Bersehatilah sebagai saudara seiman untuk saling menguatkan melewati bencana ini, entahkah saudara masih bisa bersalaman atau tidak? Entah saudara beribadah di gereja atau di rumah atau bahkan di kolong – kolong jembatan. Pelihara imanmu, syukuri hidupmu, jaga kesehatanmu, rawatlah alam disekelilingmu, berjuanglah bersama para pejuang kemanusiaan untuk memberi penghiburan dan harapan dari Tuhan dalam masa – masa sulit seperti ini. Itu Misi Allah yang mesti kita lanjutkan. Melakukan misi Allah meski dalam diam jauh lebih berarti daripada terlibat dalam kegaduhan adu argumentasi, adu ayat Kitab Suci, adu pembelaan diri, adu teori dan lain sebagainya. Allah menghendaki kita menempuh via dolorosa hidup kita sekarang dalam perenungan yang dalam, dalam keheningan yang sunyi, dalam penyesalan yang sungguh dan dalam ketaatan penuh pada Bapa yang memelihara kita di badai topan dunia ini termasuk di badai topan corona. Pada Minggu Sengsara V ini kita tetap dapat bersukacita dan bersyukur. Minggu sengsara yang ke – 5 dalam Kalender Gerejawi disebut Minggu Laetare. Laetare artinya “bersukacitalah”. Kita bersyukur karena Allah memegang tangan kita melewati badai ini. PenyertaanNya sempurna, janjiNya meneguhkan iman kita sehingga mulut serta hati kita tetap memuji Dia “Biar badai menyerang, biar ombak menerjang, aku akan bersyukur kepada Tuhanku” Kidung Jemaat 4502. Selamat Hari Minggu. Selamat melanjutkan perenungan pada Minggu – minggu sengsara. Tuhan memberkati.
renungan air hidup minggu sengsara